Jumat, 17 Januari 2014

Nama Koperasi Di dunia dan Analisis Perkembangan Koperasi Di Indonesia


Koperasi di Spanyol
Nama Koperasi     : Mondragon Cooperative
Alamat Koperasi   : Mondragon, Basque - Spanyol Utara

Sejarah Koperasi Mondragon
Koperasi Mondragon, Spanyol, adalah contoh yang sangat menarik, bagaimana para pekerja profesional, bergabung dalam sebuah koperasi. Di koperasi ini, mereka menjadi pekerja sekaligus juragannya.

Koperasi pekerja, memang belum begitu populer di Indonesia. Padahal, koperasi jenis ini sangat bermanfaat, terutama untuk para profesional yang ogah mengabdi menjadi karyawan sebuah perusahaan. Di koperasi, mereka bisa menjadi karyawan sekaligus pemilik usaha. Contoh koperasi yang paling fenomenal di dunia, tentu saja Mondragon Cooperative di Mondragon, Basque, Spanyol Utara.
Dalam ICA Global 300, koperasi ini masuk dalam urutan ke-10, dengan turnover bisnis lebih dari 2.1 miliar dolar AS.

Koperasi Mondragon, memang telah menjelma menjadi bisnis skala raksasa, yang operasionalnya sudah bukan cuma di Spanyol, tapi juga menembus Italia, Portugal, Inggris, Rumania, Slovakia, Turki, Cekoslawakia, Amerika Serikat, Brazil hingga Maroko dan Cina. Koperasi ini membawahi 264 perusahaan, yang bergerak di sektor keuangan, indusri manufaktur, dan distribusi. Seantero Spanyol, Koperasi Mondragon menempati urutan ketujuh industri terbesar.

Koperasi Mondragon memiliki 62.764 anggota. Tahun ini, mereka menikmati deviden yang totalnya lebih dari 204 juta dolar AS. Karena makin luasnya bisnis yang ditangani, tidak semuanya
karyawan berasal dari anggota. Jika ditotal, karyawan murni yang bekerja di seluruh bisnis Koperasi Mondragon, sebanyak 78.455 orang.

Di luar bisnis, Koperasi Mondragon juga sangat konsen pada pendidikan, dengan mendirikan beberapa perguruan tinggi. Di antaranya, Mondragon Unibertsitatea, yang memberikan tiga hal penting pada mahasiswanya, yaitu peningkatan skill, pengetahuan dan nilai tambah. Pengantar kuliah di universitas ini, menggunakan tiga bahasa, yaitu Basque, Spanyol dan Inggris. Kemudian Politeknika Ikastegia Txorierri, yang khusus meningkatkan skill mahasiswanya di bidang teknik. Ada juga lembaga-lembaga kursus, seperti The Lea Artibai Ikastetxea, MIK (sekolah bisnis) dan The Garaia Innovation Park.

Lembaga-lembaga pendidikan tersebut, dibangun sebagai sumbangsih koperasi pada masyarakat luas, yang sebagian pendanaannya diambil dari penyisihan antara 5 sampai 10 persen dari keuntungan seluruh perusahaan-perusahaan koperasi.

Kejayaan Koperasi Mondragon, tentu saja tidak terjadi secara seketika. Koperasi ini berdiri pada 1956. Pelopornya, adalah seorang pastor muda bernama Don Jose Maria Arizmendiarreta SJ, yang datang ke Mondragon pada 1941. Dia sangat prihatin melihat kondisi ekonomi masyarakat Spanyol pasca perang saudara, yang berlangsung dari 17 Juli 1936 hingga 1 April 1939. Tingkat pengangguran dan kemiskinan sangat tinggi, sementara tingkat pendidikan masyarakat begitu rendah. Mereka tidak mempunyai cita-cita positif untuk masa depannya, cenderung apatis. Aset yang sedikit di daerah itu menjadi rebutan rakyat. Lagi pula, sejak ratusan tahun Mondragon merupakan daerah yang tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Lantas, Jose Maria pun membuka sekolah magang industri bernama Professional School. Di sekolah ini ia mengajar mengenai etika bagi pemuda yang hendak membuka usaha sendiri. Tapi sekolah tersebut tak mampu menekan angka pengangguran, karena memang tidak ada lapangan kerja.


Dari sini, Jose Maria berpikir untuk membuat perusahaan yang bisa menyediakan lapangan kerja. Untuk mewujudkannya, ia pun mengundang lima pemuda, mantan muridnya, untuk meminjam dana dari masyarakat. Mereka berhasil mengumpulkan dana sebesar 361.640 dolar AS. Dengan uang itu, mereka membeli sebuah pabrik pemanas minyak tanah Aladdin. Karena tujuannya bukan untuk mencari keuntungan, tetapi semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya jamaah Gerejanya, pabrik itu dimiliki secara bersama. Mereka pula yang berperan sebagai karyawannya.

Sejak itu, antara Professional School dengan pabrik saling bersinergi, mencari format organisasi, yang kemudian bermuara pada sistem koperasi. Jika pada koperasi pada umumnya identitas ganda (dual identity) pada anggota adalah sebagai pemilik sekaligus pelanggan, maka pada Koperasi Mondragon anggota adalah pemilik perusahaan sekaligus pekerja.

Maka, yang menjadi anggota koperasi bukan hanya disyaratkan menyetor modal, tetapi juga memiliki skill tertentu, yang dibutuhkan perusahaan koperasi. Karena itu, pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan anggota, menjadi sangat penting. Professional School sendiri terus berkembang, dan menjadi cikal bakal Mondragon University atau Mondragon Unibertsitatea, salah satu perguruan tinggi terkemuka di Spanyol saat ini.

Produk pabrik Koperasi Mondragon ternyata laku keras, karena nyaris tanpa pesaing. Lantas, koperasi pun mengembangkan pabriknya, melalui kegiatan research and development (R&D)yang dilakukan dengan dukungan Professional School. Tak pelak lagi, pabrik-pabrik milik Koperasi Mondragon tampil sebagai salah satu aktor penting dalam kebangkitan industri manufaktur Spanyol pasca perang saudara.

Memasuki era 70-an, Koperasi Mondragon sudah melakukan ekspansi bisnis hingga merambah pasar ekspor di kawasan Eropa dan Amerika Latin. Sekitar 11 persen produk yang dihasilkan, dilempar ke pasar ekspor. Menapaki era 90-an, bisnis Koperasi Mondragon makin menggurita. Diversifikasi industri, banyak dilakukan pada divisi manufaktur sehingga namanya diubah menjadi industrial group. Perkembangan ini, mendapat dukungan penuh dari lembaga pendidikan, yang memasok berbagai hasil riset dan inovasi. Pada 1991, struktur organisasi bisnis koperasi terbagi dalam tiga grup, yaitu industri, keuangan dan distribusi.

Dengan dukungan divisi keuangan yang mapan, dan divisi distribusi yang memiliki jaringan luas, divisi industri bisa membuat berbagai produk yang harganya bersaing, dan mampu menjual ke pasar yang luas termasuk ekspor.

Karena wilayah kerja yang makin meluas, Koperasi Mondragon juga mendorong terbentuknya koperasi-koperasi baru di daerah, dan saat itu jumlahnya 29 unit, tersebar di 14 wilayah. Sebagian dari koperasi ini benar-benar baru, sebagian lagi merupakan hasil pemisahan (spin-off) dari koperasi yang sudah ada, yang telah mengalami perkembangan pesat sehingga spend of control-nya terlalu luas.

Kendati telah menjadi kekuatan bisnis skala besar, Koperasi Mondragon tidak pernah bergeser dari komitmennya menyejahterakan anggota yang juga karyawannya itu. Pengelolaannya pun konsisten dengan prinsip koperasi, yang menjunjung nilai demokrasi. Karena itu, sebagian pakar ekonomi di Eropa menyebut Koperasi Mondragon sebagai perusahaan yang bernuansa sosialis, namun dalam konotasi positif.

Bahkan, ketika para akademi Eropa mulai banyak membicarakan konsep Employee Share Ownership Program (ESOP) sebagai ‘fajar baru’ manajemen sumberdaya manusia, mereka banyak merujuk pada Koperasi Mondragon, yang sudah menjalankannya secara full sejak berdirinya (1956). Karena itu, Joel Barker ketika mendapat kesempatan menulis untuk buku terbitan The Drucker Foundation berjudul The Organization of The Future, tak ragu menyebut Koperasi Mondragon, sebagai sebuah model organisasi bisnis masa depan. Dalam ranah bisnis mutahir, ESOP dipandang sebagai salah satu strategi bisnis paling canggih, terutama untuk meningkatkan loyalitas karyawan terbaik, dan menjaga agar mereka tidak menjadi “kutu loncat”.

Seiring dengan derasnya arus informasi, akses masyarakat terhadap berbagai sumberdaya bisnis, memang makin besar. Misalnya, teknologi makin murah, dan pasar makin mudah dijangkau. Karena itu, wajar saja jika di negara-negara maju muncul fenomena tumbuhnya industri-industri skala kecil, yang sebagian dibangun oleh karyawan yang keluar dari perusahaan, lantaran tidak mau menjadi buruh seumur hidup. Fenomena inilah yang membuat perusahaan besar empot-empotan, sehingga mereka mengitrodusir ESOP.

Di Koperasi Mondragon, hampir tidak ada karyawan yang keluar karena alasan ingin memiliki perusahaan sendiri. Sebab, sekali lagi, sebagai anggota, mereka juga berperan sebagai sebagai pemilik. Bahkan, mereka berhak memilih jajaran direksi, agar kebijakannya tidak merugikan posisinya sebagai karyawan sekaligus pemilik.

Analisa Perkembangan Koperasi Di Indonesia
(dalam Bahasa Indonesia)

Sejak awal Koperasi di harapkan menjadi guru perekonomian Indonesia dan diharapkan sebagai pengembangan perekonomian Indonesia. Dukungan dari pemerintah dan lembaga lainnya membuat koperasi dapat tumbuh subur ditanah air. Akan tetapi perkembangan koperasi tidak senantiasa semulus apa yang diharapkan dan dibayangkan. Banyak permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam setiap perkembangannya, harapan menjadikan koperasi menjadi guru perekonomian Indonesia belum dapat diwujudkan. Meski banyak contoh koperasi yang telah berhasil membuat sejahtera anggotanya tetapi masih banyak hal yang harus dibenahi.

Dalam proses pembangunan ekonomi, kita menyadari kerap terjadi sektor-sektor yang terpinggirkan atau terlupakan, baik oleh para pelaku ekonomi maupun para pengambil kebijakan. Biasanya yang terpinggirkan ini adalah mereka yang bergerak di usaha kecil, mikro, menengah, dan beberapa jenis badan usaha yng kurang mendapat arah, seperi koperasi. Padahal, usaha kecil tidak pernah mempersoalkan kenapa mereka menjadi kecil. Mereka memahami adanya perbedaan kemakmuran, besar-kecil, sebagai bagian yan tidak terhindarkan dlam sistem ekonomi seperti yang kita alami saat ini. Namun persoalannya bukanlah pada lebih atau kurang, tapi lebih kepada sebuah etos : jangan mengambil segalanya sehingga tidak tertinggal apapun bagi orang lain.

Tidaklah berlebihan apabila ditengah upaya kita menghadapi pasar bebas dan globalisasi, upaya membangun koperasi yang memiliki daya saing, efisiensi, budaya perusahaan (corporate culture), dan inovasi, menjadi hal yang tak terhindarkan. Koperasi adalah bangun usaha yang paling cocok bagi karakter bangsa kita dalam menghadapi globalisasi tersebut. Oleh karena itu kita semua berupaya mengangkat atau membawa kembali koperasi kedalam mainstream pembangunan bangsa. Semoga pada akhir hari nanti, bukan hanya pertanyaan-pertanyaan mengenai harapan koperasi tetapi juga jawaban yang bermakna dan konkret bagi pengembangan koperasi di era globalisasi.


(In English)

Since the beginning of Cooperative expect to be a teacher in Indonesia's economy and are expected as the development of the Indonesian economy. Support from government and other agencies to make the cooperative can flourish in this country. However, the development of cooperatives is not always as smooth as expected and imagined. Many of the problems and obstacles faced in each development, the cooperative hopes to become a teacher make Indonesia's economy has not materialized. Although many examples of cooperatives that have managed to create a prosperous members but there are still many things that need to be addressed.

In the process of economic development, we realize often occur sectors are marginalized or forgotten, either by economic actors and policy makers. Usually these marginalized are those engaged in small business, micro, medium, and some types of business entities yng lack direction, are like a cooperative. In fact, small businesses have never questioned why they became small. They understand the difference in prosperity, large-small, as part dlam yan inevitable economic system as we experience today. But the issue is not on more or less, but rather to an ethos: do not take everything so no lag whatsoever for others.

It is no exaggeration when we face amid efforts to free markets and globalization, which has a cooperative effort to build competitiveness, efficiency, corporate culture (corporate culture), and innovation, becomes inevitable. Cooperative businesses are waking up the most suitable for the character of our nation in the face of globalization. Therefore we all seek to lift or carry back into the mainstream of nation-building cooperatives. Hopefully at the end of the day, not only questions about the expectations of the cooperative but also meaningful and concrete answer for cooperative development in the era of globalization.



                                                                                                     16 Januari 2014



Finish