Minggu, 09 Juni 2013

INFLASI


INFLASI

Pada bulan Oktober 2005, pemerintah menaikkan harga semua jenis bahan bakar minyak (BBM). Akibat kenaikan harga BBM, harga bahan pokok makanan, ongkos transportasi, harga kendaraan bermotor, upah karyawan, dan sebagainya berangsur-angsur juga mengalami kenaikan. Kenaikan harga barang-barang tersebut, membuat kita berpikir bahwa nilai uang sepertinya menurun. Coba kamu perhatikan akibat BBM naik yang dulunya ongkos angkutan dari rumah menuju sekolah Rp. 500,00-, sekarang naik menjadi Rp. 1.000,00. Harga sayuran yang sebelum BBM naik Rp. 1.000,00-, per ikat sekarang menjadi Rp. 1.500,00-, per ikat.

     Dari contoh tersebut dapat kita simpulkan bahwa kenaikan harga BBM telah mengakibatkan kenaikan harga barang-barang, atau dengan kata lain kenaikan harga BBM telah mengakibatkan menurunnya nilai uang. Jika dalam perekonomian terjadi kenaikan harga atau menurunnya nilai uang secara terus-menerus maka perekonomian tersebut dikatakan sedang mengalami sakit atau disebut dengan Inflasi.

1.      Pengertian Inflasi
     Fenomena ekonomi seperti harga-harga mengalami kenaikan, nilai uang mengalami penurunan, bersifat umum, dan berlangsung secara terus-menerus seperti dalam contoh di atas, dapat disebut inflasi. Dengan demikian, yang disebut inflasi adalah sebuah fenomena ekonomi di mana kenaikan harga barang-barang dan jasa secara umum berlangsung secara terus-menerus sebagai akibat tidak seimbangnya arus barang dan arus uang.

Inflasi tidak hanya terjadi karena kenaikan harga barang, namun juga dapat disebabkan karena meningkatnya jumlah uang yang beredar. Pemerintah melalu Bank Indonesia mencetak uang untuk menutup defisit anggaran, atau menerapkan kebijakan uang longgar (easy money polici) yang berupa kemudahan memberikan pinjaman, atau dana bergulir lainnya.

2.      Teori Inflasi
      Untuk lebih memahami sebab-sebab terjadinya inflasi, berikut ini beberapa teori tentang inflasi.
      a.      Teori Kuantitas
          Menurut teori kuantitas, terjadinya inflasi disebabkan oleh adanya pertambahan uang yang beredar di masyarakat. Bertambahnya uang yang beredar akan mengakibatkan turunnya nilai mata uang. Turunnya nilai mata uang sama dengan naiknya tingkat harga.

      b.      Teori Keynes
        Menurut Keynes, inflasi terjadi karena permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa melebihi jumlah barang dan jasa yang tersedia (ditawarkan). Sehingga terjadi celah inflasi (inflationary gap). Hal ini terjadi karena adanya perebutan rezeki antara kelompok-kelompok sosial. Kelompok itu adalah pemerintah, pengusaha swasta dan serikat buruh. Mereka menginginkan bagian yang lebih besar dari yang di sediakan oleh masyarakat. Inflationary gap (celah inflasi) terjadi karena golongan masyarakat yang berebut rezeki tersebut didukung oleh dana, maka keinginannya terpenuhi. Merekalah yang disebut kelompok pemenang.

     c.       Teori Struktural
     Teori Struktural memberikan perhatian besar kepada struktur perekonomian negara-negara berkembang. Menurut teori struktural, dalam perekonomian negara-negara berkembang terdapat dua kekakuan (ketidakelastisan), yaitu:
1)   Kekakuan penerimaan ekspor
     Kekakuan penerimaan ekspor maksudnya adalah nilai ekspor tumbuh lebih lamban daripada kebutuhan pengeluaran impor.

2)   Kekakuan penawaran bahan makanan
    Penawaran bahan makanan lebih lambat daripada pertumbuhan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita. Dengan demikian, maka harga bahan makanan naik melebihi kenaikan harga barang lain. Selanjutnya muncul tuntutan para pekerja agar upah di naikkan. Kenaikan upah ini menyebabkan naiknya biaya produksi, yang berarti pula kenaikan harga (inflasi). Demikian seterusnya, setiap kali terjadi kenaikan harga menimbulkan kembali tuntutan kenaikan upah. Inilah yang disebut proses inflasi spiral.

3.      Mengukur Laju Inflasi dengan Menggunakan Indeks Harga
     Inflasi merupakan suatu peristiwa ekonomi yang lazim terjadi di perekonomian negara manapun. Oleh sebab itu inflasi harus dikendalikan sampai pada tingkat yang wajar. Untuk dapat mengetahui dan mengendalikan tingkat inflasi, biasanya digunakan beberapa indikator. Indikator tersebut di antaranya adalah:
 a.      Indeks Harga Konsumen (Consumer’s Price Index)
      Indeks harga konsumen diperoleh dari perbandingan harga barang-barang kebutuhan konsumen tahun sekarang dengan tahun dasar. Tahun dasar merupakan tahun dimana harga barang dan jasa dalam keadaan stabil. Harga barang kebutuhan konsumen yang sering dijadikan indikator menilai tingkat inflasi adalah harga sembilan bahan pokok (sembako). Sembilan bahan pokok makanan merupakan salah satu indikator dalam menyusun angka indeks harga.

b.      Indeks Perdagangan Besar (Wholesaler Price Indeks)
     Indeks perdagangan besar diperoleh dari perbandingan harga barang pada perdagangan besar tahun sekarang dengan tahun dasar. Sedangkan tingkat inflasinya dapat diukur dengan indeks perdagangan besar tahun sekarang dibagi dengan indeks perdagangan besar pada tahun dasar atau tahun sebelumnya.

Adapun untuk menghitung indeks dapat digunakan metode sebagai berikut:
1)      Metode indeks harga agregatif tidak tertimbang
   Metode indeks harga agregatif tidak tertimbang adalah metode perhitungan indeks yang tidak menggunakan faktor penimbang atau bobot dan semua barang dianggap sama. Dengan demikian, harga barang dijumlahkan secara agregatif baik untuk tahun dasar maupun tahun yang dihitung angka indeksnya (n).

2)      Metode indeks harga agregatif tertimbang
   Metode indeks harga ini dalam perhitungannya dimasukkan unsur berat (timbangan). Biasanya timbangan yang dipakai adalah jumlah barang (kuantitas) yang diproduksi, dijual untuk dikonsumsi atau dibeli.

4.      Penggolongan Inflasi
       Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1)      inflasi yang berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu,

2)      inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga.
Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation).
 Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).

Sumber :
Dari Buku Pelajaran EKONOMI untuk SMA/MA Kelas X (Penerbit ARYA DUTA)