INFLASI
Pada bulan Oktober 2005, pemerintah
menaikkan harga semua jenis bahan bakar minyak (BBM). Akibat kenaikan harga
BBM, harga bahan pokok makanan, ongkos transportasi, harga kendaraan bermotor,
upah karyawan, dan sebagainya berangsur-angsur juga mengalami kenaikan.
Kenaikan harga barang-barang tersebut, membuat kita berpikir bahwa nilai uang
sepertinya menurun. Coba kamu perhatikan akibat BBM naik yang dulunya ongkos
angkutan dari rumah menuju sekolah Rp. 500,00-, sekarang naik menjadi Rp. 1.000,00.
Harga sayuran yang sebelum BBM naik Rp. 1.000,00-, per ikat sekarang menjadi
Rp. 1.500,00-, per ikat.
Dari contoh tersebut dapat kita
simpulkan bahwa kenaikan harga BBM telah mengakibatkan kenaikan harga
barang-barang, atau dengan kata lain kenaikan harga BBM telah mengakibatkan
menurunnya nilai uang. Jika dalam perekonomian terjadi kenaikan harga atau
menurunnya nilai uang secara terus-menerus maka perekonomian tersebut dikatakan
sedang mengalami sakit atau disebut dengan Inflasi.
1.
Pengertian Inflasi
Fenomena ekonomi seperti harga-harga mengalami kenaikan, nilai uang
mengalami penurunan, bersifat umum, dan berlangsung secara terus-menerus
seperti dalam contoh di atas, dapat disebut inflasi. Dengan demikian, yang
disebut inflasi adalah sebuah
fenomena ekonomi di mana kenaikan harga barang-barang dan jasa secara umum
berlangsung secara terus-menerus sebagai akibat tidak seimbangnya arus barang
dan arus uang.
Inflasi tidak hanya terjadi karena kenaikan harga barang, namun juga
dapat disebabkan karena meningkatnya jumlah uang yang beredar. Pemerintah
melalu Bank Indonesia mencetak uang untuk menutup defisit anggaran, atau
menerapkan kebijakan uang longgar (easy
money polici) yang berupa kemudahan memberikan pinjaman, atau dana bergulir
lainnya.
2.
Teori Inflasi
Untuk lebih memahami sebab-sebab terjadinya inflasi,
berikut ini beberapa teori tentang inflasi.
a. Teori Kuantitas
Menurut teori kuantitas, terjadinya inflasi disebabkan
oleh adanya pertambahan uang yang beredar di masyarakat. Bertambahnya uang yang
beredar akan mengakibatkan turunnya nilai mata uang. Turunnya nilai mata uang
sama dengan naiknya tingkat harga.
b. Teori Keynes
Menurut Keynes, inflasi terjadi karena permintaan
masyarakat terhadap barang dan jasa melebihi jumlah barang dan jasa yang
tersedia (ditawarkan). Sehingga terjadi celah inflasi (inflationary gap). Hal ini terjadi karena adanya perebutan rezeki
antara kelompok-kelompok sosial. Kelompok itu adalah pemerintah, pengusaha
swasta dan serikat buruh. Mereka menginginkan bagian yang lebih besar dari yang
di sediakan oleh masyarakat. Inflationary
gap (celah inflasi) terjadi karena golongan masyarakat yang berebut rezeki
tersebut didukung oleh dana, maka keinginannya terpenuhi. Merekalah yang
disebut kelompok pemenang.
c. Teori Struktural
Teori Struktural memberikan perhatian besar kepada
struktur perekonomian negara-negara berkembang. Menurut teori struktural, dalam
perekonomian negara-negara berkembang terdapat dua kekakuan (ketidakelastisan),
yaitu:
1) Kekakuan penerimaan ekspor
Kekakuan penerimaan ekspor maksudnya adalah nilai
ekspor tumbuh lebih lamban daripada kebutuhan pengeluaran impor.
2) Kekakuan penawaran bahan makanan
Penawaran bahan makanan lebih lambat daripada
pertumbuhan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita. Dengan demikian, maka harga
bahan makanan naik melebihi kenaikan harga barang lain. Selanjutnya muncul
tuntutan para pekerja agar upah di naikkan. Kenaikan upah ini menyebabkan
naiknya biaya produksi, yang berarti pula kenaikan harga (inflasi). Demikian
seterusnya, setiap kali terjadi kenaikan harga menimbulkan kembali tuntutan
kenaikan upah. Inilah yang disebut proses inflasi spiral.
3.
Mengukur Laju Inflasi dengan
Menggunakan Indeks Harga
Inflasi merupakan suatu peristiwa ekonomi yang lazim
terjadi di perekonomian negara manapun. Oleh sebab itu inflasi harus
dikendalikan sampai pada tingkat yang wajar. Untuk dapat mengetahui dan
mengendalikan tingkat inflasi, biasanya digunakan beberapa indikator. Indikator
tersebut di antaranya adalah:
Indeks harga konsumen diperoleh dari perbandingan
harga barang-barang kebutuhan konsumen tahun sekarang dengan tahun dasar. Tahun
dasar merupakan tahun dimana harga barang dan jasa dalam keadaan stabil. Harga barang
kebutuhan konsumen yang sering dijadikan indikator menilai tingkat inflasi
adalah harga sembilan bahan pokok (sembako). Sembilan bahan pokok makanan merupakan salah satu indikator dalam
menyusun angka indeks harga.
b.
Indeks Perdagangan Besar (Wholesaler
Price Indeks)
Indeks perdagangan besar diperoleh dari perbandingan
harga barang pada perdagangan besar tahun sekarang dengan tahun dasar. Sedangkan
tingkat inflasinya dapat diukur dengan indeks perdagangan besar tahun sekarang
dibagi dengan indeks perdagangan besar pada tahun dasar atau tahun sebelumnya.
Adapun untuk menghitung indeks dapat digunakan metode
sebagai berikut:
1)
Metode indeks harga agregatif tidak
tertimbang
Metode indeks harga agregatif tidak tertimbang adalah
metode perhitungan indeks yang tidak menggunakan faktor penimbang atau bobot
dan semua barang dianggap sama. Dengan demikian, harga barang dijumlahkan
secara agregatif baik untuk tahun dasar maupun tahun yang dihitung angka
indeksnya (n).
2)
Metode indeks harga agregatif
tertimbang
Metode indeks harga ini dalam perhitungannya
dimasukkan unsur berat (timbangan). Biasanya timbangan yang dipakai adalah
jumlah barang (kuantitas) yang diproduksi, dijual untuk dikonsumsi atau dibeli.
4.
Penggolongan Inflasi
Berdasarkan
asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1) inflasi yang berasal dari dalam
negeri
misalnya
terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara
mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat
harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu,
2) inflasi dari luar negeri adalah inflasi
yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor.
Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau
adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga
dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga.
Jika kenaikan
harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu,
inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed
Inflation).
Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Sumber :
Dari Buku
Pelajaran EKONOMI untuk SMA/MA Kelas X (Penerbit ARYA DUTA)